Ir para o conteúdo
Mostrar cesto Esconder cesto
Voltar a Pengertian dari GBHN
Tela cheia

Sejarah Kerajaan Kalingga (Ho – Ling)

4 de Fevereiro de 2019, 12:17 , por Assyfa - 0sem comentários ainda | Ninguém está seguindo este artigo ainda.
Visualizado 8 vezes

Sejarah Kerajaan KalinggaKerajaan ini diperkiraan berdiri pada abad ke – 6 merupakan salah satu kerajaan Hindu – Budha yang berlokasi di Jawa Tengah namun tak jelas dimana ? Kemungkinan besar adalah berpusat pada suatu tempat yang terletak diantara Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Jepara ( saat ini ). Sumber sejarah dari kerajaan ini diperoleh dari Negeri Tiongkok berdasarkan atas kisah – kisah setempat, juga dari naskah Carita Parahyangan yang diduga disusun pada abad ke – 16 menceritakan secara singkat tentang kehidupan Ratu Shima berhubungan dengan Kerajaan Galuh.

Kerajaan Kalingga sendiri sudah berdiri sejak awal abad ke – 6 M berdasarkan atas sumber – sumber berita dari Tiongkok. Pertama kali pernah diperintah oleh Ratu Shima yang dikenal sebagai ratu sakti, mempunyai beberapa peraturan tegas yaitu barang siapa yang ketahuan mencuri maka kedua tangannya akan dipotong.

Carita Parahyangan

Pada awal abad ke – 16, adalah Putri Maharani Shima Parwati menikah dengan putera mahkota dari Kerajaan Galuh bernama Mandiminyak, selanjutnya menjadi raja kedua yang memerintah Kerajaan Galuh. Maharani Shima mempunyai cucu bernama Sanaha yang menikah dengan raja keturunan ketiga dari Kerajaan Galuh bernama Bratasena, lalu keduanya mempunyai anak bernama Sanjaya yang di  masa   depan   menjadi   seorang   raja   pada  Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh ( 723 s/d 732 M ).

Ketika Maharani Shima wafat pada tahun 732 M, Raja Sanjaya naik tahta guna menggantikan buyutnya untuk menjadi raja di Kerajaan Kalingga Utara yang disebut juga sebagai Kerajaan Bumi Mataram, mereka mendirikan Dinasti / Wangsa Sanjaya dengan kerajaannya bernama Kerajaan Mataram Kuno. Wilayah di Jawa Barat diserahkan kepada putra yang lainnya bernama Tejakencana yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Lalu Raja Sanjaya menikah dengan Sudiwara, puteri dari Dewasinga adalah raja dari Kerajaan Kalingga Selatan atau Bumi Sambara yang mempunyai putra bernama Rakai Panangkaran.

Sebenarnya Kerajaan Ho – Ling diduga sudah berdiri pada abad ke – 5 yang diperkirakan berlokasi dibagian utara Jawa Tengah. Keterangan lebih lengkap bisa Anda peroleh dari prasasti – prasasti peninggalan Negeri Cina. Sekitar tahun 752 M, Kerajaan Ho – Ling ditaklukan oleh Kerajaan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini terlalu banyak mempunyai basis perdagangan oleh sekelompok pemeluk Agama Hindu bersama dengan Kerajaan Melayu dan Tarumanagara. Ketiga kerajaan yang dimaksud adalah pesaing kuat terhadap jaringan perdagangan Kerajaan Sriwijaya yang berbasis Agama Budha.

Berita – Berita Yang Berasal Dari Tiongkok

Tentang keberadaan Kerajaan Kalingga Ho – Ling, selain didapatkan melalui prasasti – prasasti yang telah ditemukan pada beberapa tempat, juga berita – berita yang diperoleh dari Negara Tiongkok yang berasal dari zaman Dinasti Tang dimana di dalamnya berisikan catatan I – Tsing yang menggambarkan tentang sebuah hubungan persahabatan terjalin antara negara – negara dari luar negeri.

Masa Dinasti Tang

Adanya cerita – cerita Cina yang beredar pada zaman Dinasti Tang ( 618 M s/d 906 M ) adalah memberitakan tentang kejayaan Kerajaan Kalingga Ho – Ling sebagai berikut.

Ho – Ling atau Jawa berlokasi di Lautan Selatan sebelah utara Ta Hen La / Kamboja, di sebelah timurnya adalah Po – Li / Pulau Bali dan bagian baratnya adalah Pulau Sumatera. Ibukota Ho – Ling berada di dalam area yang cukup luas dengan dikelilingi oleh tembok yang terbuat dari pepohonan. Raja dan anggota keluarga menetap di dalam sebuah bangunan besar dan bertingkat bernama istana dengan salah satu singgasananya terbuat dari gading asli. Rakyat Kerajaan Kalingga Ho – Ling pandai membuat dan meracik minuman keras yang terbuat dari tanaman hasil ladang dan sawah. Daerah Ho – Ling juga menghasilkan ragam kerajinan tangan dari kulit penyu, emas, perak, cula badak dan gading gajah.

Sejak tahun 674 M, rakyat Ho – Ling berada di bawah pemerintahan Ratu His – Mo / Shima adalah seorang ratu yang dikenal sangat adil dan bijaksana di dalam memerintah Kerajaan Kalingga Ho – Ling sehingga menjadi aman dan tentram.

Menurut catatan I – Tsing ( 664 / 665 M ) dari Dinasti Tang menjelaskan bahwa pada abad ke – 7 di tanah Jawa menjadi pusat dari pengetahuan ajaran Agama Budha Hinayana. Kebetulan pada waktu yang bersamaan terdapat seorang pendeta Cina bernama Hwining, beliau adalah menerjemahkan kitab – kitab Agama Budha ke dalam Bahasa Tionghoa dengan bekerjasama dengan pendeta – pendeta dari Jawa, salah satunya bernama Janabadra. Di dalam kitab terjemahan yang baru, salah satu babnya memuat cerita tentang Nirwana namun berbeda dengan cerita Nirwana menurut ajaran Agama Budha Hinayana.

Peninggalan Kerajaan Ho – Ling yang lainnya adalah sekumpulan prasasti – prasasti tersebut di bawah ini.

Prasasti Tukmas

Prasasti ini pertama kali ditemukan di lereng bagian barat Gunung Merapi yaitu di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag, Magelang di Jawa Tengah. Prasasti yang bersangkutan bertuliskan Huruf Pallawa Berbahasa Sansekerta. Menjelaskan tentang keberadaan sebuah mata air yang dalam kondisi bersih dan sangat jernih. Sungai – sungai yang berada di sekitar mata air bersangkutan bisa disamakan dengan Sungai Gangga di India. Prasasti Tukmas selain bertuliskan Huruf Pallawa juga terdapat gambar – gambar menyerupai bentuk Trisula, Kendi, Kapak, Cakra, Kelasangka, dan Bunga Teratai adalah bentuk – bentuk perlambang sebuah hubungan yang terjadi di antara umat manusia penyembah Dewa – Dewa Hindu.

Prasasti Sojomerto

Prasasti ini ditemukan pertama kali di Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Kabupaten Batang di Jawa Tengah. Diduga memakai Aksara Kawi dengan latarbelakang Bahasa Melayu Kuno yang berasal dari abad ke – 7 M, prasasti ini menganut aliran agama ‘Siwais’. Isi prasasti menjelaskan tentang keluarga kerajaan terdiri dari Dapunta Selendra adalah ayahanda bernama Santanu, ibunya memiliki nama Bhadrawati, sedangkan istri tercinta bernama Sampula.

Menurut Prof. Drs. Boechari menjelaskan bahwa tokoh yang bernama Dapunta Selendra diperkirakan adalah cikal bakal dari raja – raja yang menjadi keturunan Wangsa Sailendra pernah berkuasa sebelumnya di Kerajaan Mataram Hindu.

Prasasti Sojomerto pada intinya menjelaskan bahwa temuan prasasti ini menjelaskan bahwa pada jaman dahulu kala di pesisir pantai utara Jawa Tengah pernah berdiri dan berkembang sebuah kerajaan besar bernama Kerajaan Kalingga Ho – Ling yang berbasis aliran ajaran Agama Hindu Siwais. Prasasti inilah yang menunjukkan tentang sebuah hubungan dekat dengan Wangsa Sailendra atau Kerajaan Medang yang juga sedang berkembang cukup pesat di Jawa Tengah bagian selatan.

Candi Dan Situs Bersejarah

(Situs bersejarah Candi Angin – Jepara)

1/Ditemukannya Candi Angin di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara di Jawa Tengah

2/Ditemukannya Candi Bubrah di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara di Jawa Tengah.

3/Ditemukannya Situs Puncak Sanga Likur Gunung Muria di Puncak Rahtawu / Gunung Muria berdekatan dengan Kecamatan Keling dimana di sekitarnya terdapat 4 arca batu yaitu Arca Batara Guru, Narada, Togog, dan Wisnu.

4/Pada tahun 1990, di sekitar area puncak Gunung Muria, ahli sejarah yaitu Profesor Gunadi dibantu oleh 4 tenaga stafnya berasal dari Balai Arkeologi Nasional Yogyakarta, sekarang ini adalah Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil menemukan Prasasti Rahtawun selain 4 arca batu tersebut di atas, dimana di kawasan yang sama terpendam juga 6 tempat pemujaan yang letaknya masing – masing menyebar dari arah bawah sampai di area puncak. Masing – masing diberi nama sesuai dengan tokoh – tokoh dalam pewayangan yaitu Kamunoyoso, Pandu Dewonoto, Sekutrem, Jonggring Saloko, Abiyoso dan Bambang Sakri.

Demikian kami menjelaskan dengan singkat tentang sejarah Kerajaan Kalingga Ho – Ling, semoga bermanfaat bagi para pembaca.


0sem comentários ainda

    Enviar um comentário

    Os campos são obrigatórios.

    Se você é um usuário registrado, pode se identificar e ser reconhecido automaticamente.

    Cancelar

    Assyfa

    0 amigos

    Nenhum(a)